Langsung ke konten utama

[Blogtour + Giveaway] Drama Mama Papa Muda – Punky Prayitno and Topan Pramukti





Judul Buku : Drama Mama Papa Muda – Kisah-Kisah Renyah Penuh Tawa dan Air Mata
Penulis : Pungky Prayitno dan Topan Pramukti
Penerbit Laksana
Cetakan Pertama Februari 2018
Tebal : 232 Halaman
ISBN 9786024073190

“Bagi Bapak, pernikahan dan rumah tangga adalah kerja sama. Kerja sama untuk sama-sama bahagia.” (hlm. 83)
Awal ditawari oleh team dari Penerbit Diva Press untuk mengulas buku tentang parenting, aku menyetujuinya. Alasan aku menerima tawaran ini adalah karena aku memang sedang membutuhkan bacaan non-fiksi dan butuh asupan untuk tambahan ilmu soal parenting. Aku memiliki seorang putri kecil berusia 3 tahun dan aku ingin mendapatkan ilmu dan sudut pandang dari buku parenting yang aku baca.
Namun, ternyata buku yang aku terima bukan tentang parenting tetapi isinya malah curhatan tentang mama dan papa muda dalam mengarungi rumah tangga mereka yang tidak biasa-biasa saja. 

Apakah aku kecewa? Tidak.
Apakah aku menyukai buku ini? YES! 

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai buku ini, aku ingin mengatakan kalau aku suka banget sama buku ini. Alasannya adalah karena buku ini terasa nyata, terasa dekat, dan rasanya seperti membaca kisah hidupku yang tercermin dan terwakilkan dalam hidup orang lain.

Mengapa aku mengakan hal ini? Karena aku sangat mengerti apa yang dialami oleh pasangan Mbak Pungku dan Mas Topan ini. Sewaktu membaca ucapan mas Topan mengenai terbitnya buku ini, bahwa hal-hal yang mereka tulis dalam buku ini kontroversial dan bisa menimbulkan perdebatan, caci maki dan pem-bully-an dari pihak lain, aku sih sepakat dengan Punky. Ini adalah kisah mereka dan tidak perlu mendapatkan restu atau persetujuan dari orang lain. 

Aku mengatakan aku mengerti adalah karena aku pun pernah mengalami fase “drama pasangan muda” dengan segala masalahnya. Tidak sama persis memang, tapi mirip. Makanya, membaca buku ini sangat memuaskanku karena seolah bagian dari drama keluargaku tertuang di buku ini.
Sebelum aku (ikutan) curhat setelah membaca buku ini, berikut aku ceritakan sedikit isi dari buku “Drama Mama Papa Muda” ini. 

Buku ini diawali dengan pertemuan (kencan) pertama Mbak Pungky dan Mas Topan yang menjadi awal mula segala cerita dalam kehidupan keluarga kecil mereka. Tanpa basa-basi dan cerita yang panjang, secara singkat dan jelas kisah cinta mereka yang mulai bersemi cukup membuat aku yang membacanya tersenyum. So sweet banget. Lagipula nggak perlu panjang lebar membaca tentang kisah asmara mereka karena bukan itu inti buku ini.

Buku ini dibagi menjadi empat bagian.
Bagian 1 adalah tentang Drama Mama Muda, curhat dari Pungky – sang istri dan sang mama muda. Ada cerita tentang keputusan menikah muda, memiliki anak, dan tentang meraih impian walaupun sudah berkeluarga. Berkeluarga dengan asisten rumah tangga. Hidup tanpa pembantu rumah tangga. Melawan Postpartum Depression.
Bagian ini adalah curhatan seorang wanita yang hidupnya berubah setelah menikah muda, memiliki anak, dan menjadi mama muda, dan problematika rumah tangga. Cerita yang sangat real dan tidak terasa dilebih-lebihkan.


Bagian 2 Drama Papa Muda.
Bagian ini adalah bagian yang paling ingin aku baca pertama kali karena sebagai “suami dan papa muda” aku ingin membaca cerita (penderitaan) yang dialami oleh Mas Topan Pramukti.
Ada beberapa sub judul dalam bab curhatan sang suami dan papa muda ini, di antaranya “Kepada para suami, saya mohon bacalah sebentar. Pergilah Bu, bahagiakan dirimu. Sini nak, sama bapak. PMS selalu benar.”
Aku paling penasaran akan isi curhatan mas Topan tentu saja karena aku adalah lelaki, suami, dan juga seorang papa muda. Apa sih yang dialami oleh mas Topan. Mirip dengan kisahku nggak ya? Aku menyukainya karena banyak yang mirip , namun sayangnya kurang banyak. Haha.


Bagian 3 Drama Tumbuh Kembang.
Bab ini lebih banyak didominasi oleh curhatan mengenai anak mereka, Sujiwo.
Bagian tiga ini berisi pembahasan “Ibu Bangga. Drama penyapihan. Tentang berbagi dan memberi. Jangan pintar, jangan shalih, Jangan berguna bagi nusa bangsa. Mimpi.”
Aku suka karena dalam kehidupan seorang mama dan papa muda, selalu ada hal menarik yang menjadi perdebatan jika berhubungan dengan “membesarkan seorang anak”. 

Bagian 4 Drama Dua Hati
Ah, bagian ini sebenarnya bagian yang akan membuat perasaan campur aduk karena menyangkut tentang suatu hal yang tidak kita harapkan terjadi, namun mau tdak mau ada kemungkinan. Beberapa hal yang dibahas antara lain, “Ibu Macam apa kamu. Urusan rumah tangga kami bukan konsumsi public. Ateis paling sederhana. Karena hati selalu punya jalan sendiri. Menerima kita apa adanya. Menikah itu indah.”

Kalian penasaran tentang hal-hal lebih rinci di setiap bagian? Makanya baca dong. Hehe. 
Membaca buku yang diambil dari kisah penulisnya yang merupakan mama papa muda ini seolah mengingatkanku kembali akan kisah hidup yang aku jalani. Ada orang lain yang menjalani kehidupan yang mirip, bahagia dan susahnya, perjuangannya, dan bahwa ada penyelesaian akan semua masalah yang terjadi. 

Sebenarnya, aku ingin membaca lebih banyak dari sudut pandang sang suami karena aku adalah seorang suami dan papa muda. Soal PMS yangselalu benar itu setuju banget. Kadang tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba ada badai. Apalagi aku LDR selama 5 tahun lebih dan setiap mendekati PMS atau tiba masa PMS, pikiranku seolah-olah ingin meledak dan ingin tidur nyenyak saja melupakan dunia. Haha.

Ada pula bahasan tentang Postpartum Depression. Sebuah fase yang bisa terjadi kepada perempuan mana saja setelah melahirkan. Aku tahu bagaimana rasanya menjadi suami yang menghadapi drama ini. Memang sih, istriku bukan mengalami postpartum depression ini. Aku tidak tahu apakah sama atau berbeda masalah yang aku hadapi. Di tahun keempat usia pernikahan kami dan di usia menjelang tiga tahun anak kami, hubungan kami mulai menunjukkan gejolak akibat hubungan jarak jauh. Hal ini mulai terasa di akhir kehamilan istriku, kelahiran anakku, dan perjuangan istriku membesarkan anak dan berjuang seorang diri tanpa ada aku yang selalu menemani. 
Istriku mengalami perubahan suasana hati yang sangat cepat berubah. Aku harus menghadapi perubahan suasana hati istri yang selalu berubah-ubah, fase depresi, fase ingin menyakiti diri sendiri, menyakiti anak kami, dan fase ingin bunuh diri.

Aku tidak bangga akan hal ini. Aku pun tidak mengatakan aku mengeluh. Aku hanya ingin berbagi pengalaman. Selama menghadapi hal ini dalam kondisi pernikahan jarak jauh, initerasa sangat berat bagi kami. Tapi, seperti Mas Topan, ini bukan hanya perjuangan istri, ini pun adalah perjuangan suami, bersama-sama melewati masa ini dan menguatkan perasaan kami yang tanpa kami sadari semakin jauh akibat jarak jauh. Ini berat tapi kami tidak mau menyerah.
Eh, kok aku malah curhat ya?
Maafkan.

Nah, makanya aku katakan bahwa aku sangat mengerti apa yang diceritakan dalam buku ini. Aku sangat memahami perasaan Mbak Pungky dan Mas Topan karena aku pernah mengalami hal yang mirip dengan kisah mereka. Karena hal inilah makanya aku sangat menyukai kisah di dalam buku ini dan sangat bersyukur diberikan kesempatan oleh penerbit Diva Press untuk mengulas buku ini.

Sungguh sebuah buku yang bagus dan penuh makna. Sayang sekali jika kalian melewatkan membaca buku ini.

“Jiwo nggak usah takut memimpikan apapun. Kalau ada seseorang yang mungkin nanti akan ngeluarin komentar sinis soal mimpimu, kemungkinan besar orang itu Bapak.” – hal.168
Ngomong-ngomong, aku sangat tertohok akan kutipan di atas.

---



GIVEAWAY TIME


Aku sangat menyukai buku ini.
Buku ini bisa memberikan gambaran akan kehidupan lain dari apa yang mungkin kita ketahui dan harapkan dari sebuah pernikahan. Buku ini sangat cocok dibaca oleh siapa saja, baik yang masih sendiri, siapapun yang berniat menikah dalam waktu dekat, seorang yang sudah menikah dan mempunyai anak, atau bagi orang dewasa yang sudah banyak mengecap asam garam kehidupan pernikahan.
Ada yang berminat memperolehbuku ini secara gratis?
Mau? Kebetulan ada satu buku yang akan aku berikan secara gratis buat kalian ini. Berikut syarat dan ketentuannya, ya.
  1. Domisili di Indonesia
  2. Follow Twitter @divapress01, IG @penerbitdivapress, dan like FB Penerbit Diva Press (wajib). Selain itu pula boleh juga follow Twitter @sulhanhabibi dan IG @sulhanhabibi punyaku ya. Mari berteman.
  3. Bagikan tautan giveaway ini di media sosial. Mau mention saya dan penerbitnya atau tidak, bebas.
  4. Tulis nama, akun Twitter/IG, dan domisilimu di kolom komentar, diikuti jawabanmu untuk pertanyaan berikut:
“Bagaimanakah tanggapan kalian mengenai “Pernikahan Jarak Jauh”? Jika kalian dihadapkan akan kenyataan bahwa kalian harus terpisah dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan, apa yang kalian lakukan?”

Periode giveaway ini dibuka selama satu minggu ya, mulai dari tanggal 26 Maret sampai dengan tanggal 1 April 2018. Pengumuman akan aku posting di sini selambat-lambatnya tanggal 3 April 2018.
Nah, tidak susah, kan? Selamat mencoba dan semoga beruntung, ya.
Terima kasih.

---------------------------------------------oOo-----------------------------------------------

UPDATE PEMENANG

Terima kasih banyak atas partisipasinya dalam giveaway ini.
Walaupun hanya 10 orang yang ikut, namun aku tetap senang dan tertarik dengan bermacam pendapat tentang hubungan jarak jauh.
Tidak ada yang salah dengan pilihan hidup masing-masing.
Tidak ada penyelesaian masalah dengan cara yang sama untuk masalah yang sama untuk beberapa orang.

Nah, aku bingung nih menentukan pilihan.
Setelah membaca jawaban dan juga memilih lewat random.org, terpilihlah pemenangnya.

Jeng...Jeng...Jeng...

Selamat kepada

HAMDATUN NUPUS
Twitter/IG : @hamdatunnupus

Aku akan menghubungi via IG dan/atau twitter.
Mohon direspon dalam waktu 2x24 jam ya.

Terima kasih.

Komentar

  1. Twitter: @aa_muizz
    IG: @dereizen

    Menurut saya nggak masalah, sih. Saya pernah mengalaminya. Asalkan komunikasi tetap lancar, jangan terputus. Karena pernikahan jarak jauh itu sangat rentan miskomunikasi.

    BalasHapus
  2. Nama : Tiya Fitriyani
    Twitter : @TFy_97
    Ig : @tiya.fy97
    Jawaban : Menurut saya pernikahan jarak jauh itu tidak masalah, yang terpenting adalah kepercayaan antar kedua belah pihak, saling percaya dan pengertian itu sangatlah penting dalam menjalani pernikahan jarak jauh. Komunikasi pun harus tetap lancar agar tidak terjadi kesalahpahaman. Jika nanti saya mengalami hal ini, hal yang akan saya lakukan adalah mengutamakan kejujuran, saling pengertian dan saling percaya satu sama lain.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Nama : SITI MASLACHA
    Twitter : @shitiearushi
    IG : claupherin
    Domisili : Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
    Link Share : https://twitter.com/shitiearushi/status/978121058791272449

    Jawaban :
    Menurut Saya nggak masalah pernikahan jarak jauh. Karena kan kita nggak tahu gimana kehidupan pernikahan kita nantinya. Yang pernting komunikasi harus tetap terjaga dengan baik, harus jujur dan terbuka kepada pasangan masing-masing, dan yang paling penting juga kalau bisa usahakan ada momen khusus setiap kali berkomunikasi diselingi dengan cerita-cerita, ngapain aja selama satu minggu ini atau hari ini. Bertemu dengan siapa, dan melakukan apa. Bukan bermaksud kepo atau mencampuri urusan pribadi, tapi karena itu salah satu usaha untuk membangun 'kedekatan' dengan pasangan meskipun sendang berjauhan.
    Karena jujur saja, Saya punya teman yang orangtuanya menikah selama lebih dari 20 tahun tapi berjauhan dengan alasan kerja. Tapi pernikahan mereka tetap harmonis dan hangat. Itu karena komunikasi mereka tetap terjaga dengan baik, selalu terbuka, jujur, dan tidak menutup-nutupi masalah apa pun kepada pasangan kita.

    BalasHapus
  5. Ade Delina Putri
    IG: @delinabooks
    Domisili: Surabaya
    Link share: https://www.instagram.com/p/Bg0zcCJHbQ6/

    Aku pribadi tidak menyukai pernikahan jarak jauh. Karena bagiku (dan berdasarkan beberapa nasihat pernikahan), sebaik-baik pernikahan adalah yang berkumpul bersama. Itu artinya suami istri harus tinggal satu rumah.

    Bagaimana jika aku harus terpaksa dihadapkan pada pernikahan jarak jauh? Aku harus tahu sampai kapan jarak jauh itu berlangsung. Harus ada tenggat waktu. Karena tidak mungkin selamanya suami istri berjauhan. Suami istri harus punya tujuan untuk tetap tinggal bersama. Karena ini juga untuk mencegah masalah yang ke depannya bisa jadi lebih pelik karena jarak jauh itu sendiri. Dan jawaban rindu yang terbaik bukan sekedar komunikasi via telepon, video call atau chatting, melainkan (lagi-lagi) harus bertemu.

    Maka kalau aku dihadapkan pada situasi pernikahan jarak jauh yang tidak tahu kapan waktunya ditentukan, aku harus bilang pada suamiku, bahwa tidak selamanya aku mau begitu terus. Pilihannya, aku harus ikut dia kemana pun dia pergi. Dalam artian, kami harus tinggal bersama. Mau sering-sering pindah pun tak masalah, asal tetap bersama.
    Atau yang kedua, kalau tetap tidak bisa bersama, dan suami tidak bisa memutuskan kapan waktu bisa bersama, aku memutuskan untuk pulang saja ke rumah orang tuaku. Untuk apa kalau pernikahan selamanya harus berjauhan? Aku tidak bisa. Biar bagaimana pun, aku sangat butuh suami untuk ada di sampingku.

    Jadi solusinya memang yang terbaik adalah aku tinggal bersama suami, apapun keadaannya. Sekalipun misalnya suami harus dipecat dari pekerjaannya. Hubungan rumah tangga kami jauh lebih penting. Dan pekerjaan bisa dicari lagi. Karena rezeki terbuka dari banyak pintu 😊

    BalasHapus
  6. Nama : Hamdatun Nupus
    Akun Twitter : @HamdatunNupus
    Akun IG : @hamdatunnupus
    Jawaban :
    Saya belum menikah, belum pernah juga berada dikondisi hubungan jarak jauh. Tapi saya yakin diluaran sana 'ada' beberapa' atau mungkin banyak pasangan hidup yang berada di kondisi ini. Tapi saya pribadi, semoga hal itu tidak terjadi di dalam hubungan saya kelak dengan pasangan. Kenapa ? karena seyogyanya suatu pernikahan mampu menyatukan bukan hanya dua orang, tapi juga dua kehidupan. Jika sudah dipersatukan kenapa harus memilih dipisahkan? yang saling berdampingan saja kadang masih sulit untuk related. Padahal pernikahan itu meski banyak seminarnya tidak ada sekolahnya, (ada tuntunanya memang di dalam Al-Quran) jadi di dalam proses belajar itu butuh dua orang bukan seorang-seorang. Jika memang kendalanya di pekerjaan, jika saya tidak bekerja misal ya saya seharusnya mendampingi. Jika keduanya bekerja pun pasti ada pilihan & jalannya. Karena saya percaya setiap masalah ada solusi, dan untuk menemukan solusi itu saya tidak ingin sendirian :)

    BalasHapus
  7. Noer Anggadila
    @noeranggadila
    Probolinggo

    Pernikahan bukan hanya masalah hati saja, namun juga menyangkut seluruhnya. Sebelum menikah pasti kedua belah pihak pasti sudah tahu keadaan masing-masing, kelemahan dan kekurangan, visi dan misi hidup dari pasangan tersebut. Jika setelah menikah harus terpisah jarak yang jauh tak akan jadi masalah kalau di awal sudah diutarakan, pasangan saling memberi tahu. Jika sebuah kepercayaan sudah dibangun kuat satu-sama lain, maka menikah jarak jauh bukan hal yang tidak mungkin, toh itu juga bisa memperkuat hubungan suami istri karena bisa memanfaatkan waktu yang dimiliki sebaik mungkin. Jika sesekali rindu, bisa memanfaatkan sosial media yang ada, meskipun rasanya tidak akan sama dibanding bertemu langsung, tapi ya, semua ada waktunya.

    BalasHapus
  8. Nama : tikha
    @tikhansari

    Menurutku kembali lagi dengan komitmen awal dari kedua pasangan. Berani melangkah berarti harus berani juga menerima konsekuensi yang ada.Walau saya belum menikah dan merasakan selul.beluk hidup berumah tangga. Namun jika someday aku dihadapkan dengan hal serupa ya menerima apapun resiko dari suatu pilihan. Kuncinya harus bijak.

    BalasHapus
  9. Emmy Herlina/Twitter @binisasat Ig: emmy.herlina/Bandar Lampung

    Kalau harus LDR dengan pasangan? Well, kebetulan saya sendiri LDR. Karena suami bertugas di luar kabupaten. Namun nggak begitu jauh, saya masih bisa bertemu seminggu sekali. Saat kondisi mengharuskan LDR dengan pasangan, tentu akan terasa berat. Namun harus tetap kita acceptance kondisi tersebut. Beritahukan dg orangtua, mertua, agar mereka tahu kondisi kita. Yang terpenting lagi, jaga slalu komunikasi. Terlebih bila kita sudah punya anak, anak pun berhak utk slalu komunikasi dengan kedua orangtua, tak peduli terpisah jarak. Adanya teknologi tentu akan memudahkan komunikasi. Kita bisa rutin melakukan video call dan menceritakan segala aktivitas harian kita, juga sharing apabila ada masalah. Di situ juga pentingnya orangtua/mertua tahu kondisi kita. Apalagi bila mereka masih tinggal selokasi dengan kita.

    Dan tidak boleh lupa, tetap rencanakan jadwal bertemu. Usahakan setidaknya kita bisa bertemu 1-3 bulan sekali. Jangan sampai lebih dari 6 bulan. Itu saran saya.

    BalasHapus
  10. Nama : Samuel Edward
    Akun Twitter : @SammyAddward
    Akun IG : @SammyAddward
    Domisili : Kota Bandung, Jawa Barat
    Jawaban : Kalau dari sebelum menikah, aku sudah tahu bahwa aku & pasanganku nantinya sesudah menikah akan terpisah jarak, kami akan bicarakan pertimbangannya bersama. Tentu saja, melibatkan orangtua & keluarga kedua belah pihak. Dan, yang terpenting, harus menanyakan & meminta petunjuk Tuhan, selaku pihak sebenarnya yang menikahkan kita.

    Tetapi, keterpisahan jarak itu terjadi setelah kami menikah akibat suatu kondisi yang tak bisa dihindarkan, situasi itu wajib kami jalani dengan tabah. Kesetiaan menjadi hal yang harus menjadi "hidup-mati". Untuk menjamin kesetiaan, video-call harus kami lakukan setiap paling sedikit 3 jam sekali. Kalau bisa, lebih sering daripada itu. Terutama pada saat-saat senggang selepas jam kerja, seperti menjelang malam hari, di mana godaan ketidaksetiaan menjadi berkali-kali lipat membesarnya.

    BalasHapus
  11. Prediksi Togel Sgp Mbah Bonar 18 Maret 2020 <a href="https://indextogel.org/prediksi-togel/prediksi-togel-sgp-mbah-bonar-18-maret-2020/ > Ayo Pasang Angka Keberuntunganmu hari ini </a> Gabung sekarang dan Dapatkan Potongan Setiap Hari !!!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Homunculus Vol.11 (Bayangan?)

Hari Kamis, 23 Juni 2011 kemarin aku membaca komik Homunculus Volume 11. Komik Homunculus ini adalah manga karya Yamamoto Hideo *gak kenal sih sama pengarangnya, dan bercerita mengenai seorang tokoh utama dalam komik ini yang bernama Susumu Nakoshi. Susumu Nakoshi merupakan seorang gelandangan yang hidup dan tinggal di dalam mobilnya yang berada di antara sebuah gedung mewah (hotel) dan taman (tempat banyak gelandangan tinggal) - dua tempat yang dapt menggambar dunia dengan sangat kontras, bertolak belakang. Susumu memiliki kebiasaan unik, yaitu tidur layaknya seorang bayi yang butuh perlindungan (meringkuk sambil menghisap jempol). Suatu hari, dia mendapat tawaran dari seorang yang mengaku sebagai mahasiswa kedokteran bernama Manabu ito. Penampilannya padahal urakan dan metal *gak yakin sama penggambarannya. Manabu menawarkan akan memberikan uang sebesar 700 ribu yen asal bersedia tengkoraknya dilubangi. Jika tengkoraknya dilubangi, maka indera ke

[Book Review] Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz - Djokolelono

Penjelajah Antariksa #5 : Kapten Raz Penulis : Djokolelono Penyunting : Yessi Sinubulan Desain Sampul dan Ilustrasi : Oki Dimas Mahendra Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Cetakan Pertama Juni 2016 KPG 59 15 01201 ISBN 978-602-424-061-5 Tebal v + 189 halaman Buku ke-5 seri Penjelajah Antariksa dari Djokolelono berjudul Kapten Raz akhirnya terbit juga setelah menunggu sekitar setengah tahun. Buku ke- ini pun masih menceritakan petualangan empat bersaudara Vied, Veta, Stri, dan Raz. Lebih tepatnya melanjutkan kisah buku ke-4 secara langsung di mana akhir buku keempat yang 'nanggung' banget. Setelah kecelakan pesawat yang mereka naiki, Veta, Stri, Mesi, Omodu, dan Kolonel Verea harus terdampar di suatu tempat tanpa ada alat komunikasi apapun. Bab pertama buku kelima ini menyuguhkan pergulatan hati Mesi yang cenderung berubah-ubah terutama sikap dan pandangannya terhadap Veta. Selain itu pula, badai Radiasi Rho-M mengancam keberadaan Starx sebagai

[Book Review] HOPELESS (Tanpa Daya) - Colleen Hoover

Judul Asli : Hopeless   Penulis: Colleen Hoover   Alih bahasa: Shandy Tan   Editor: Intari Dyah Pramudita   Desain sampul: Marcel A.W   Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama   ISBN: 978-602-03-1201-9   Cetakan pertama 2015   Tebal 496 halaman     Buku ini adalah hadiah dari Giveaway SixPackGiveAway dari Blog-nya Rafian. Ada 6 paket buku yang dibagikan dan aku dapat paket yang berisi 2 buku yang salah satunya adalah novel Hopeless karya Collen Hoover yang akan bahas kali ini. Thx banget atas bukunya : ) Kalau boleh jujur sih, judul, cover dan resensi di sampul belakang novel ini gak cukup membuatku tertarik untuk membelinya karena genre novel seperti ini bukan prioritas utama untuk aku beli. Aku suka romance, young adult , namun gak semua romance aku baca. Aku cenderung pilih-pilih cerita romance yang ingin aku baca karena kadang banyak tema yang hampir sama. Setelah selesai baca, aku pun memutuskan Hopeless ini tergolong bagus, temanya gak